Kesehatan Mental dan Konsep Kepribadian Abraham Maslow

Maslow berpendapat bahwa seseorang akan memiliki kepribadian yang sehat, apabila dia telah mampu untuk mengaktualisasikan dirinya secara penuh (self actualizing person). Dalam pandangan Maslow, semua manusia memiliki perjuangan atau kecenderungan yang dibawa sejak lahir untuk mengaktualisasi diri. Untuk mencapai aktualisasi diri, individu didorong oleh kebutuhan-kebutuhan universal yang dibawa sejak lahir, yang tersusun dalam suatu tingkat, dari yang paling kuat hingga yang paling lemah. Kebutuhan-kebutuhan tersebut adalah (1) kebutuhan fisiologis, (2) kebutuhan akan rasa aman, (3) kebutuhan akan memiliki dan cinta, (4) kebutuhan akan penghargaan hingga mencapai kebutuhan yang paling tinggi yaitu aktualisasi diri itu sendiri. Kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak mendorong individu pada saat yang bersamaan, namun saling berkaitan. Misalnya, ketika kebutuhan fisiologis terpenuhi, maka kebutuhan rasa aman juga terpenuhi. Begitu pula pada tingkatan kebutuhan seterusnya.

# Konsep Kepribadian Maslow
Teori kepribadian Maslow dibuat berdasarkan beberapa asusmsi dasar mengenai motivasi. Pertama, Maslow mengadopsi sebuah pendekatan menyeluruh pada motivasi (holistic approach to motivation), yaitu keseluruhan dari seseorang, bukan hanya satu bagian atau fungsi, termotivasi. Kedua, motivasi biasanya kompleks atau terdiri dari beberapa hal, yang berarti tingkah laku seseorang dapat muncul dari beberapa motivasi yang terpisah. Ketiga, ia berasumsi bahwa orang-orang berulang kali termotivasi oleh kebutuhan-kebutuhan. Ketika sebuah kebutuhan terpenuhi, biasanya kebutuhan tersebut berkurang kekuatan untuk memotivasinya dan digantikan oleh kebutuhan lain. Asumsi lainnya adalah bahwa semua orang di manapun termotivasi oleh kebutuhan dasar yang sama. Asumsi terakhir tentang motivasi adalah bahwa kebutuhan-kebutuhan dapat dibentuk menjadi sebuah hierarki yang kini dikenal sebagai ‘hierarki kebutuhan Maslow’. Kebutuhan-kebutuhan tersebut antara lain
- Kebutuhan Fisiologis
- Kebutuhan akan rasa aman
- Kebutuhan akan cinta dan keberadaan/memiliki - Kebutuhan akan penghargaan
- Kebutuhan akan aktualisasi diri
Hierarki kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan konatif, yang berarti kebutuhan-kebutuhan ini memiliki karakter mendorong atau memotivasi. Kebutuhan-kebutuhan di level rendah memiliki prapotensi atau kekuatan yang lebih besar dibandingkan kebutuhan-kebutuhan yang ada di level tinggi. Dengan demikian, kebutuhan-kebutuhan di level rendah ini harus atau cukup terpenuhi terlebih dahulu sebelum mencapai kebutuhan-kebutuhan di level yang lebih tinggi.

Comments

Popular posts from this blog

Resensi Novel

Kesehatan Mental dan Konsep Kepribadian menurut Gordon W. Allport

Terapi dalam Psikoanalisa, Humanistik, dan Behaviorisme