Tugas Softskill (Kesehatan Mental) - Bipolar Disorder
Anggota Kelompok :
- Fitri Astuti W. S (14514312)
- Harfi Apriliani (14514787)
- Lintang Tejaratri (16514098)
- Triaristi (1A514868)
Apa Itu Gangguan Bipolar?
Kata bipolar berasal dari dua kata, yaitu bi yang berarti dua, dan polar
berarti kutub/pola. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat, bipolar adalah yang mempunyai dua kutub.
Seperti sebuah magnet yang memiliki dua kutub, begitulah nama bipolar berasal.
Sedangkan disorder adalah keadaan
yang tidak sesuai dengan tatanan (aturan atau keadaan) yang umum, dapat
disimpulkan sebuah gangguan. Dengan begitu, Bipolar
Disorder adalah gangguan yang mempunyai dua kutub/pola. Orang awam sendiri
sering menyebutnya ketidakstabilan mood.
Dapat dikatakan pengertian secara umumnya, Gangguan bipolar (bipolar disorder) adalah gangguan pada
perasaan atau mood seseorang akibat masalah diotak, ditandai dengan perpindahan
(swing) mood, pikiran, dan perubahan
perilaku. Penderita mengalami perubahan mood dramatis yang membuat suasana hati
berubah secara tiba-tiba antara dua kutub (bipolar) yang berlawanan, yaitu Episode
manic (kesenangan) ditandai dengan kondisi mood yang sangat meningkat
(hipertimik) atau irritable (mudah marah dan tersinggung) dan Episode depresi
(kesedihan) ditandai dengan mood yang sangat menurun (hipotimik). Di antara
kedua episode mood tersebut terdapat masa mood yang normal (eutimik).
Bipolar ini termasuk gangguan kejiwaan tetapi bukan berarti
gila. Gejala ini baru dapat disebut gangguan bila telah memenuhi kriteria waktu
tertentu, Bisa dipastikan disebut gangguan, bila fungsi pekerjaan atau kehidupan
sosialnya terganggu. Orang yang menderitanya tidaklah kehilangan kewarasannya
dan berlaku aneh. Bipolar memang memiliki episode waktu, ada kalanya saat
mania, saat depresi, dan saat normal yang bergantian setiap waktunya
(berepisode) dalam jangka yang tidak dapat ditentukan. Seperti untuk episode
manic, dibutuhkan kondisi mood hipertimik dalam rentang waktu minimal seminggu
atau bahkan kurang dari seminggu. Untuk episode depresi, dibutuhkan waktu
minimal 2 minggu terus-menerus berada dalam kondisi mood hipotimik.
Jenis-Jenis Bipolar Disorder
Berikut beberapa jenis gangguan
bipolar yang perlu Anda ketahui :
1. Bipolar
Disorder tipe 1
Gangguan bipolar
1 ditandai dengan manik depresif, yaitu adanya perubahan mood yang cenderung
drastis. Penderita bisa mengalami ‘mania’, yaitu kesenangan dan kegembiraan
yang berlebihan, over aktivitas fisik, banyak bicara, hingga penurunan
kebutuhan tidur. Hal ini bisa diikuti dengan mengalami ‘depresi’, mulai dari
suasana hati normal, berubah sedih yang mendalam, cepat marah, mudah
tersinggung, tidak sabar, dan cepat berubah pikiran. Bipolar I juga ada kecenderungan mengalami waham. Waham yaitu keyakinan
atau pikiran yang salah karena bertentangan dengan dunia nyata serta dibangun
atas unsur yang tidak berdasarkan logika.
2.
Bipolar Disorder tipe 2
Penderita
depresi bipolar 2 cenderung memiliki energi yang sangat rendah, kesehatan
mental dan fisik yang agak terbelakang. Hal ini diikuti dengan kelelahan yang
berlebihan karena
hipersomnia, yaitu gangguan tidur yang ditandai oleh kebutuhan untuk tidur
berlebihan atau kantuk yang tiba-tiba. Bipolar 2
tidak ada kecenderungan mengalami waham. Episode depresif dalam gangguan
bipolar II mirip dengan depresi klinis, dengan perasaan depresi, kehilangan
kesenangan, energi rendah dan aktivitas, perasaan bersalah atau tak berharga,
dan pikiran bunuh diri. Siklus gejala gangguan bipolar ini bisa minggu, bulan,
atau jarang tahun. Kebanyakan bipolar II lebih banyak mengalami episode
depresi.
3.
Gangguan Bipolar
Campuran/Unipolar
Tanda-tanda umum episode campuran termasuk gejala depresi dikombinasikan
dengan agitasi, iritabilitas, kegelisahan, insomnia, dan pikiran yang
berubah-ubah sangat cepat. Sedangkan pada bipolar 1 dan 2 sama-sama memiliki episode
manik dan depresi. Namun perbedaan terletak pada maniknya. Jika dianalogikan
dengan angka, pada pasien bipolar 1 maniknya 10, bipolar 2 maniknya 5,
sedangkan pada unipolar nol. Seseorang yang memiliki bipolar tipe 2 yang tidak
diobati bisa berubah menjadi tipe 1. Kombinasi energi tinggi dan rendah ini membuat suasana hati
yang sangat berisiko tinggi bunuh diri. Keinginan untuk bunuh diri dikarenakan
kelelahan, putus asa, delusion, dan hallucination.
Ada jenis bipolar lainnya yaitu:
Gangguan
Cyclothymia mengacu kepada siklus hipo-mania, yaitu kegembiraan yang berlebihan
dalam jangka waktu lama dengan gejala depresi yang tidak begitu kentara. Bahkan
mungkin orang dengan gangguan Cyclothymia tidak terlihat depresi sama sekali.
Namun pada akhirnya, penderita cyclothymia akan mengembangkan bipolar 1 atau 2
yang parah.
Gangguan
Bipolar (NOS)
Bipolar NOS merupakan bipolar yang tidak teridentifikasi. Dalam arti, penderita
mengalami beberapa gejala bipolar, namun bisa muncul dan hilang, atau mengalami
gejala gangguan mental yang hampir sama dengan bipolar namun tidak spesifik dan
tidak mudah dikenali seperti gejala bipolar lain.
Kaitan
antara Bipolar Disorder dengan Kesehatan Mental
Istilah
“kesehatan mental” diambil dari konsep mental hygiene . Kata “mental” diambil
dari bahasa Yunani, pengertiannya sama dengan psyche dalam bahas latin yang
artinya psikis, jiwa atau kejiwaan. Aspek psikis manusia pada dasarnya
merupakan satu kesatuan dengan sistem biologis, sebagai sub sistem dari
eksistensi manusia, maka aspek psikis selalu berinteraksi dengan keseluruhan
aspek kemanusiaan. Karena itulah aspek psikis tidak dapat dipisahkan untuk
melihat sisi jiwa manusia.
Seiring
berkembangnya zaman, manusia dituntut untuk selalu bersifat produktif di segala
bidang. Pekerjaan membuat manusia lupa waktu. Masalah dan masalah mereka geluti
setiap hari dengan harapan mendapatkan hasil yang maksimal. Terkadang manusia
melakukan segala cara untuk mencapai suatu tujuan tanpa mempedulikan akibat
yang ditimbulkan. Mereka hanya mementingkan pemenuhan kebutuhan jasmani saja
sehingga kebutuhan rohani terabaikan. Itulah yang membuat seseorang sangat
rawan terserang gangguan kesehatan mental seperti stres dan depresi.
Depresi
inilah yang sangat berbahaya karena orang yang menderita depresi akan sulit
berfungsi secara sosial dan berisiko tinggi untuk mengakhiri hidupnya atau
bunuh diri. Sering kali diagnosis psikiatri baru muncul setelah seorang
individu melakukan bunuh diri. Analisis tingkah laku,suasana hati, dan pikiran
individu yang melakukan bunuh diri didasarkan atas laporan dari keluarga dan
temanteman inidividu tersebut serta tulisan ataucatatan-catatan individual.
Bipolar
Disorder atau gangguan bipolar, adalah sejenis penyakit psikologis, yang
ditandai dengan berkurangnya mood (perasaan) yang sangat ekstrim, yaitu berupa
depresi dan mania. Selain itu, bipolar disorder ditandai dengan perubahan mood
yang drastis. Istilah ini ( bipolar disorder) mengacu pada suasana hati
penderitanya yang dapat berganti secara tiba-tiba antara dua kutub (bipolar )
yang berlawanan yaitu kebahagiaan (mania) dan kesedihan (depresi) yang ekstrim.
Penyakit
bipolar, juga dikenal sebagai penyakit manic-depressive, yaitu penyakit otak
yang menyebabkan perubahan-perubahan yang tidak biasa pada suasana hati,
energi, tingkat-tingkat aktivitas, dan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas
harian. Gejala-gejala dari penyakit bipolar adalah keadaan suasana hati mereka
yang berbeda dari naik dan turun yang normal yang setiap orang melaluinya dari
waktu ke waktu.
Setiap
orang pada umumnya pernah mengalami suasana hati yang baik ( mood high ) dan
suasana hati yang buruk (mood low). Akan tetapi, seseorang yang menderita
bipolar disorder memiliki mood swings yang ekstrim yaitu pola perasaan yang
mudah berubah secara drastis. Suatu ketika, seorang pengidap bipolar disorder
bisa merasa sangat antusias dan bersemangat (mania). Namun, ketika mood-nya
berubah buruk, ia bisa sangat depresi, pesimis, putus asa, bahkan sampai
mempunyai keinginan untuk bunuh diri.
Faktor Penyebab Bipolar Disorder
·
Genetika, Fisiologis dan
Lingkungan.
Gen
bawaan adalah faktor umum penyebab bipolar disorder. Seseorang yang lahir dari
orang tua yang salah satunya merupakan pengidap bipolar disorder memiliki
resiko mengidap penyakit yang sama sebesar 15%-30% dan bila kedua orang tuanya
mengidap bipolar disorder, maka 50%-75%. anak-anaknya beresiko mengidap bipolar
disorder. Kembar identik dari seorang pengidap bipolar disorder memiliki resiko
tertinggi kemungkinan berkembangnya penyakit ini daripada yang bukan kembar
identik.
Bipolar
Disorder tidak memiliki penyebab tunggal. Tampaknya orang-orang tertentu secara
genetik cenderung untuk bipolar disorder. Namun tidak semua orang dengan kerentanan
mewarisi penyakit berkembang, yang menunjukkan bahwa gen bukanlah satu-satunya
penyebab. Beberapa studi pencitraan otak menunjukkan perubahan fisik pada otak
orang dengan bipolar disorder. Faktor eksternal lingkungan dan psikologis juga
diyakini terlibat dalam pengembangan bipolar disorder. Faktor-faktor eksternal
yang disebut pemicu. Pemicu dapat memulai episode baru mania atau depresi atau
membuat gejala yang ada buruk. Namun, banyak episode gangguan bipolar terjadi
tanpa pemicu yang jelas.
Penderita
penyakit ini cenderung mengalami faktor pemicu munculnya penyakit yang
melibatkan hubungan antar persel atau peristiwa-peristiwa pencapaian tujuan
(reward) dalam hidup. Contoh dari hubungan perseorangan antara lain jatuh
cinta, putus cinta, dan kematian sahabat. Sedangkan peristiwa pencapaian tujuan
antara lain kegagalan untuk lulus sekolah dan dipecat dari pekerjaan. Selain
itu, seorang penderita bipolar disorder yang gejalanya mulai muncul saat masa
ramaja kemungkinan besar mempunyai riwayat masa kecil yang kurang menyenangkan
seperti mengalami banyak kegelisahan atau depresi. Selain penyebab diatas,
alkohol, obat-obatan, dan penyakit lain yang diderita juga dapat memicu
munculnya bipolar disorder.
a Lingkungan
Di
sisi lain, keadaan lingkungan di sekitarnya yang baik dapat mendukung penderita
gangguan ini sehingga bisa menjalani kehidupan dengan normal. Berikut ini
adalah faktor lingkungan yang dapat memicu terjadinya BD, antara lain:
Stress - peristiwa kehidupan Stres dapat
memicu gangguan bipolar pada seseorang dengan kerentanan genetik. Peristiwa ini
cenderung melibatkan ft drastis atau tiba-tiba-baik atau buruk-seperti akan
menikah, akan pergi ke perguruan tinggi, kehilangan orang yang dicintai,
dipecat.
Penyalahgunaan Zat - Meskipun penyalahgunaan
zat tidak menyebabkan gangguan bipolar, itu dapat membawa pada sebuah episode
dan memperburuk perjalanan penyakit. Obat-obatan seperti kokain, ekstasi, dan
amphetamine dapat memicu mania, sedangkan alkohol dan obat penenang dapat
memicu depresi.
Obat-obat tertentu, terutama obat-obatan
antidepresan, bisa memicu mania. Obat lain yang dapat menyebabkan mania
termasuk obat flu over-the-counter, penekan nafsu makan, kafein,
kortikosteroid, dan obat tiroid.
Perubahan Musim - Episode mania dan
depresi sering mengikuti pola musiman. Manic episode lebih sering terjadi
selama musim panas, dan episode depresif lebih sering terjadi selama musim
dingin, musim gugur, dan musim semi (untuk negara dengan 4 musim).
Kurang Tidur - Rugi tidur-bahkan
sesedikit melewatkan beberapa jam istirahat-bisa memicu episode mania
b Fisiologis
Sistem neurokimia dan gangguan
suasana hati
Salah
satu faktor utama penyebab seseorang mengidap gangguan bipolar adalah
terganggunya keseimbangan cairan kimia utama di dalam otak. Sebagai organ yang
berfungsi menghantarkan rangsang, otak membutuhkan neurotransmitter (saraf
pembawa pesan atau isyarat dari otak ke bagian tubuh lainnya) dalam menjalankan
tugasnya. Norepinephrin, dopamin, dan serotonin adalah beberapa jenis
neurotransmitter yang penting dalam penghantaran impuls syaraf. Pada penderita
gangguan bipolar, cairan-cairan kimia tersebut berada dalam keadaan yang tidak
seimbang.
Sebagai
contoh, ketika seorang pengidap gangguan bipolar dengan kadar dopamin yang
tinggi dalam otaknya akan merasa sangat bersemangat, agresif dan percaya diri.
Keadaan inilah yang disebut fase mania. Sebaliknya dengan fase depresi yang
terjadi ketika kadar cairan kimia utama otak itu menurun di bawah normal, sehingga
penderita merasa tidak bersemangat, pesimis dan bahkan keinginan untuk bunuh
diri yang besar.
Seseorang
yang menderita gangguan bipolar menandakan adanya gangguan pada sistem
motivasional yang disebut dengan behavioral activation system (BAS). BAS memfasilitasi
kemampuan manusia untuk memperoleh penghargaan (pencapaian tujuan) dari
lingkungannya. Hal ini dikaitkan dengan positive emotional states ,
karakteristik kepribadian seperti ekstrovert (bersifat terbuka), peningkatan
energi dan berkurangnya kebutuhan untuk tidur. Secara biologis, BAS diyakini
terkait dengan jalur saraf dalam otak yang melibatkan dopamin dan perilaku
untuk memperoleh penghargaan. Peristiwa kehidupan yang melibatkan penghargan
atau keinginan untuk mencapai tujuan diprediksi meningkatkan episode mania
tetapi tidak ada kaitannya dengan episode depresi. Sedangkan peristiwa positif
lainnya tidak terkait dengan perubahan pada episode mania.
Sistem neuroendokrin
Area
limbik di otak berhubungan dengan emosi dan mempengaruhi hipotalamus yang
berfungsi mengontrol kelenjar endokrin dan tingkat
hormon
yang dihasilkan. Hormon yang dihasilkan hipotalamus juga mempengaruhi kelenjar
pituaritas. Kelenjar ini terkait dengan gangguan depresi seperti gangguan tidur
dan rangsangan selera. Berbagai temuan mendukung hal tersebut, bahwa orang yang
depresi memiliki tingkat dari cortisol (hormon adrenocortical) yang tinggi. Hal
ini disebabkan oleh produksi yang berlebih dari pelepasan hormon rotropin oleh
hipotalamus. Produksi yang berlebih dari cortisol pada orang yang depresi juga
menyebabkan semakin banyaknya
kelenjar
adrenal . Banyaknya cortisol tersebut juga berhubungan dengan kerusakan pada
hipoccampus dan penelitian juga telah membuktikan bahwa pada orang depresi
menunjukkan hipoccampal yang tidak normal. Penelitian mengenai Cushing’s
Syndrome juga dilatan dengan tingginya
tingkat cortisol pada gangguan depresi.
c Genetika
Genetika
bawaan adalah faktor umum penyebab gangguan bipolar. Seseorang yang lahir dari
orang
tua yang salah satunya merupakan pengidap gangguan bipolar memiliki risiko
mengidap penyakit yang sama sebesar 15 % hingga 30%. Bila kedua orangtuanya
mengidap gangguan bipolar, maka berpeluang mengidap gangguan bipolar sebesar
50% - 75%. Kembar identik dari seorang pengidap gangguan bipolar memiliki
risiko tertinggi kemungkinan berkembangnya penyakit ini daripada yang bukan
kembar identik. Penelitian mengenai pengaruh faktor genetis pada gangguan
bipolar pernah dilakukan dengan melibatkan keluarga dan anak kembar. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa sekitar 10% - 15% keluarga dari pasien yang
mengalami gangguan bipolar pernah mengalami satu episode gangguan suasana hati.
GEJALA-GEJALA
BIPOLAR
a.
Gejala-gejala dari mania atau episode manic:
Perubahan-Perubahan Suasana Hati
- Periode yang panjang dari perasaan "puncak",
atau suasana hati yang sangat gembira atau ramah
- Suasana hati yang sangat teriritasi, agitasi, merasakan
"jumpy (gelisah)" atau "wired".
Perubahan-Perubahan Kelakuan
- Berbicara sangat cepat, melompat dari satu idea ke yang
lainnya, mempunyai pemikiran-pemikiran yang bergegas-gegas
- Sangat mudah dikacaukan
- Aktivitas-aktivitas yang menuju tujuan yang meningkat,
seperti menerima proyek-proyek baru
- Menjadi gelisah
- Tidur yang sedikit
- Mempunyai kepercayaan yang tidak realistik pada
kemampuan-kemampuan seseorang
- Berkelakuan secara impulsif dan mengambil bagian pada
banyak kelakuan-kelakuan yang menyenangkan dan berisiko tinggi, seperti
membelanjakan sprees, seks yang impulsif, dan investasi-investasi bisnis
yang impulsif.
b.
Gejala-gejala dari episode depresi:
Perubahan-Perubahan Suasana Hati
- Periode yang panjang dari perasaan khawatir atau kosong
- Kehilangan minat pada aktivitas-aktivitas yang pernah
dinikmati, termasuk seks.
Perubahan-Perubahan Kelakuan
- Merasa lelah atau "slowed down"
- Mempunyai persoalan-persoalan berkonsentrasi,
mengingat, dan membuat keputusan-keputusan
- Menjadi gelisah atau teriritasi
- Merubah kebiasaan-kebiasaan makan, tidur, atau yang
lain-lain
- Memikirkan kematian atau bunuh diri, atau mencoba bunuh
diri.
c.
Gejala-gejala dari episode hipomania :
Tahap hipomania mirip dengan mania.
Perbedaannya adalah penderita yang berada pada tahap ini merasa lebih tenang
seakan-akan telah kembali normal serta tidak mengalami hallucination dan delusion.
Hipomania sulit untuk didiagnosis karena terlihat seperti kebahagiaan biasa,
tapi membawa resiko yang sama dengan mania. Gejala-gejala dari tahap hipomania
bipolar disorder adalah sebagai berikut.
1. Bersemangat dan penuh energi, muncul kreativitas.
2. Bersikap optimis, selalu tampak gembira, lebih aktif, dan cepat marah.
3. Penurunan kebutuhan untuk tidur.
d.
Gejala-gejala episode campuran (Mixed state episode) :
Dalam konteks bipolar disorder, mixed
state adalah suatu kondisi dimana tahap mania dan depresi terjadi bersamaan.
Pada saat tertentu, penderita mungkin bisa merasakan energi yang berlebihan,
tidak bisa tidur, muncul ide-ide yang berlal-lalang di kepala, agresif, dan
panik (mania). Akan tetapi, beberapa jam kemudian, keadaan itu berubah menjadi
sebaliknya. Penderita merasa kelelahan, putus asa, dan berpikiran negatif
terhadap lingkungan sekitarnya. Hal itu terjadi bergantin dan berulang-ulang
dalam waktu yang relatif cepat. Mixed state bisa menjadi episode yang paling
membahayakan penderita bipolar disorder. Pada episode ini, penderita paling
banyak memiliki keinginan untuk bunuh diri karena kelelahan, putus asa,
delusion, dan hallucination.
Gejala-gejala yang diperlihatkan jika penderita akan melakukan bunuh diri
antara lain sebagai berikut.
- Selalu berbicara tentang kematian dan keinginan untuk
mati kepada orang-orang di sekitarnya.
- Memiliki pandangan pribadi tentang kematian.
- Mengkonsumsi obat-obatan secara berlebihan dan alkohol.
- Terkadang lupa akan hutang atau tagihan seperti;
tagihan listrik, telepon.
Pengobatan Gangguan Bipolar
Gangguan bipolar membutuhkan pengobatan
jangka panjang. Oleh karena itu meski penderitanya sudah merasa sembuh, dokter
biasanya tidak akan menghentikan pengobatan begitu saja hingga dirasa cukup.
Tujuan pengobatan jangka panjang
bipolar adalah untuk menurunkan frekuensi terjadinya episode-episode mania dan depresi agar penderita dapat
hidup secara normal dan membaur dengan orang-orang di sekitarnya. Selain
langkah pencegahan kambuhnya salah satu fase bipolar, terdapat juga obat-obatan
untuk menangani gejala-gejala ketika sedang kambuh.
Penderita bipolar akan dianjurkan untuk
memperbaiki pola hidup, misalnya dengan cara berolahraga secara teratur, tidur
yang cukup, dan mengadopsi pola makan yang lebih sehat.
Rencana pengobatan biasanya mencakup
pemberian obat-obatan yang dikombinasikan dengan penanganan lain yang diperlukan,
misalnya terapi psikologis.
Sebagian besar penderita gangguan
bipolar dapat membaik tanpa harus menjalani rawat inap di rumah sakit.
Perujukan ke rumah sakit biasanya dilakukan jika gejala makin parah dan
dikhawatirkan perilaku penderita dapat membahayakan orang lain atau dirinya
sendiri, seperti misalnya bunuh diri.
Obat-obatan
Ada sejumlah obat yang dapat digunakan
untuk mengobati gangguan bipolar, tergantung gejala serta riwayat kesehatan
masing-masing penderita, di antaranya:
- Antikonvulsan, seperti misalnya lamotrigine dan divalproex.Obat
ini sebenarnya biasa digunakan untuk mengobati epilepsi, namun efeknya telah terbukti efektif dalam menangani
gangguan bipolar. Obat yang berfungsi sebagai penstabil suasana hati
jangka panjang ini juga digunakan untuk mengobati episode mania. Beberapa
efek samping penggunaan antikonvulsan di antaranya adalah:
- Mengantuk
- Pusing
- Kenaikan berat badan
- Lithium, yakni obat yang mampu mencegah
terjadinya gejala mania dan depresi serta menstabilkan suasana hati.
Selama penggunaan obat ini, tes darah untuk memeriksa kadar lithium di
dalam tubuh perlu dilakukan secara rutin. Hal tersebut untuk memastikan kadar
lithium masih dalam kisaran yang aman sehingga mencegah terjadinya efek
samping serius berupa gangguan pada ginjal dan kelenjar tiroid. Efek
samping penggunaan lithium lainnya adalah:
- Gangguan
pencernaan
- Mulut terasa kering
- Gelisah
- Muntah
- Diare
- Antidepresan seperti fluoxetine. Pada beberapa
penderita gangguan bipolar, obat pereda depresi ini dapat memicu episode
mania. Oleh karena itu antidepresan kerap dipasangkan dokter dengan
obat-obatan penstabil suasana hati. Salah satu efek samping penggunaan
antidepresan adalah menurunnya libido atau lemah syahwat.
- Antipsikotik, misalnya olanzapine dan ariprazol.
Sama seperti obat-obatan antikonvulsan, antipsikotik diresepkan untuk
mengatasi episode mania dan juga efektif untuk menstabilkan suasana hati.
Beberapa efek samping penggunaan antipsikotik adalah:
- Peningkatan detak jantung
- Penglihatan kabur
- Gemetar
- Mengantuk
- Kenaikan berat badan
- Penurunan daya ingat
Terapi psikologis
Terapi psikologis untuk gangguan
bipolar dapat menunjang obat-obatan yang telah diberikan. Melalui metode ini
diharapkan kesembuhan pasien bisa tercapai secara lebih efektif.
Di dalam terapi psikologis, pasien akan
dikenalkan dengan masalah kejiwaan yang sedang mereka alami. Pasien juga akan
diajak mengidentifikasi hal-hal yang dapat memicu terjadinya episode suasana,
baik itu dalam bentuk pemikiran maupun perilaku pasien. Setelah faktor pemicu
gejala diketahui, psikiater atau ahli terapi akan membimbing pasien untuk mau
mengubah pemikiran dan perilaku negatif mereka tersebut menjadi positif.
Melalui metode yang dinamakan terapi perilaku kognitif ini, pasien juga akan
diajari cara menanggulangi stres secara efektif, serta diberi nasihat-nasihat
seputar pola makan, tidur, dan olahraga yang baik untuk kesehatan.
Tidak hanya pasien, keterlibatan
keluarga dalam terapi psikologis juga bisa sangat membantu. Tujuannya adalah
agar keluarga memahami kondisi yang dialami pasien sehingga bisa bekerja sama
untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi di dalam rumah tangga yang mungkin
saja menjadi penyebab gangguan bipolar, serta mencari jalan keluarnya.
PREVENSI
BIPOLAR DISORDER
1. Psikodinamik
Psikoanalisis tradisional bertujuan membantu orang yang depresi untuk memahami
perasaan mereka yang ambivalen terhadap orang-orang (objek) penting dalam hidup
mereka yang telah hilang atau yang terancam akan hilang. Dengan menggali
perasaan-perasaan marah terhadap objek yang hilang ini, mereka dapat
mengarahkan rasa merah keluar melalui ekspresi verbal dari perasaan, bukan
membiarkannya menjadi lebih buruk.
Psikoanalisis tradisional dapat menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk
mengungkap dan menghadapi konflik-konflik yang tidak disadari. Pendekatan
psikoanalisis modern juga berfokus pada konflik-konflik tidak disadari, namun
secara lebih langsung, relative singkat, dan berfokus pada hubungan yang penuh
konflik di masa kini maupun masa lalu. Terapis psikodinamika yang eklektik
menggunakan metode-metode behavioral dalam membantu klien mencapai keterampilan
sosial yang dibutuhkan untuk mengembangkan suatu jaringan sosial yang lebih
luas.
Psikoterapi interpersonal (interpersonal psychoteraphy/IPT) adalah suatu bentuk
singkat dari terapi yang berfokus pada hubungan interpersonal klien disaat itu,
biasanya tidak lebih dari 9 hingga 12 bulan. Perintis IPT percaya bahwa depresi
terjadi dalam suatu konteks interpersonal dan bahwa isu hubungan perlu untuk
ditekankan dalam penanganan. IPT membantu untuk menghadapi reaksi kesedihan
yang tidak terselesaikan atau yang menganggu setelah kematian orang yang
dicintai dan juga konflik-konflik peran dalam hubungan. Terapis membantu klien
untuk mengekspresikan kesedihannya dan menghadapi rasa kehilangannya sambil
membimbing mereka dalam mengembangkan aktivitas-aktivitas dan hubungan-hubungan
baru untuk membantu memperbaharui kehidupan mereka.
2. Behavioral
Pendekatan penanganan behavioral beranggapan bahwa perilaku
depresi dipelajari dan dapat dihilangkan. Terapis behavioral bertujuan untuk
secara langsung memodifikasi perilaku dan bukan untuk menumbuhkan kesadaran
terhadap kemungkinan penyebab yang tidak disadari dari perilaku-perilaku ini.
Salah satu program behavioral yang ilustratif telah dikembangkan oleh Lewisohn
dan kolega-koleganya, program ini terdiri dari sebuah program terapi kelompok.
Hal ini membantu klien untuk memperoleh keterampilan relaksasi, meningkatkan
aktivitas yang menyenangkan dan membangun keterampilan sosial yang memungkinkan
mereka untuk mendapatkan reinforcement sosial. Terapi ini terdiri dari satu
orang terapis yang dianggap sebagai seorang guru, dan kliennya sebagai siswa.
Dalam terapi kelompok, orang belajar mereka tidak sendirian dengan penyakit,
mereka menerima dukungan emosional penting, belajar keterampilan untuk
mengatasi obat, masalah interpersonal dan terkait dengan pekerjaan, dan belajar
cara untuk mengatasi dengan stigma dari orang lain. Memaksimalkan fungsi pekerjaan
atau sosial merupakan aspek inti dari intervensi pemulihan dan berbasis
keterampilan - misalnya, sekolah dan pekerjaan pelatihan dapat membantu dengan
ini.
3. Kognitif
Cognitive teraphy
atau terapi kognitif, berfokus pada membantu orang dengan depresi belajar untuk
untuk menyadari dan mengubah pola berpikir mereka yang disfungsional. Terapi
ini biasanya brejalan selama 14 hingga 16 sesi mingguan. Terapi ini menggunakan
kombinasi antara behavioral dan kognitif untuk membantu klien mengidentifikasi dan
mengubah pikiran-pikiran yang disfungsional serta mengembangkan perilaku yang
lebih adaptif.
4. Terapi Keluarga
Terapi keluarga pyschoeducational dapat membantu dalam
situasi ini dengan berfokus pada peningkatan komunikasi di antara anggota
keluarga, membantu orang dengan penyakit bipolar memahami manfaat minum obat
mereka secara konsisten dan belajar strategi untuk mencegah kambuh. Dalam hal
ini jenis pengobatan, anggota keluarga bisa merasa didukung dan individu dengan
penyakit dapat belajar cara-cara baru untuk mempertahankan pemulihan. perawatan
psychoeducational membantu orang dan anggota keluarganya untuk lebih memahami
penyakit bipolar sehingga pemulihan dapat dicapai lebih cepat. Dalam jenis
pendekatan, individu dengan penyakit dan anggota keluarga mereka dapat berharap
untuk mendiskusikan topik-topik seperti menerima penyakit, mengidentifikasi
tanda-tanda peringatan awal akan terjadi kesulitan, belajar untuk mengatasi
perubahan mood, obat pemahaman dan tempat untuk menemukan diri membantu kelompok-kelompok
dan mengakses pekerjaan atau pelatihan sumber daya.
5. Biologis
Penggunaan obat untuk bipolar, yaitu obat litium karbonat, berbentuk bubuk dari
litum berelemen metalik. Litium efektif dalam menstabilkan mood orang yang
menderita bipolar dan dalam mengurangi episode-episode kambuh dari manic dan
depresi (Baldessarini & Tondo, 2000; Grof & Alda, 2000). Namun litium
umumnya lebih efektif dalam menangani simptom-simptom manic dari pada depresi.
Orang dengan gangguan bipolar kemungkinan perlu menggunakan litium secra
terus-menerus untuk mengontrol perubahanmood-nya. Dalam pemakaian litium harus
dimonitor, karena adanya efek beracun yang potensial dan efek samping lainnya.
Obat ini dapat menambah berat badan, kelesuan, pusing dan penurunsn umum dari fungsi
motorik, dalam jangka panjang obat ini dapat mengakibatkan masalah liver.
Penstabil mood biasanya diresepkan untuk orang dengan perasaan
"tinggi", banyak bicara, lekas marah, pidato dipercepat dan gejala
manik lainnya serta depresi yang mengganggu fungsi seseorang. Obat-obat ini
biasanya mengurangi intensitas perubahan suasana hati dan biasanya
mengembalikan orang tersebut ke tingkat yang lebih normal berfungsi. Lithium,
Depakote dan carbamazepine adalah obat-obat umum dalam grup ini. Mereka juga sangat
penting untuk membantu orang mencegah gejala-gejala dari datang kembali setelah
mereka dikendalikan.
Antidepresan yang diresepkan untuk orang dengan gejala depresi. Ini mungkin
termasuk perasaan sedih dan depresi serta melambat, perilaku lamban. Obat-obat
ini membantu tubuh mendapatkan kembali energi sehingga orang tersebut memiliki
lebih tertarik pada kehidupan sehari-hari. Penting untuk dicatat bahwa
antidepresan dapat memperburuk gejala manik dan harus digunakan hati-hati
setelah berkonsultasi dengan dokter Anda.
Obat antipsikotik kadang-kadang digunakan untuk orang dengan gangguan bipolar
yang mungkin memiliki halusinasi atau delusi. Halusinasi adalah pengalaman
persepsi yang tidak benar-benar terjadi, seperti mendengar suara-suara
mengatakan satu untuk menyakiti diri sendiri. Delusi adalah tetap keyakinan
palsu tentang diri, seperti "Setiap orang keluar untuk mendapatkan
saya." Obat antipsikotik dapat sangat membantu dalam kasus ini dan atau
dokter Anda kekasih Anda akan memiliki beberapa untuk memilih dari, termasuk
obat-obatan baru seperti olanzapine, quietiapine, risperidol dan ziprasidone.
Berikut adalah video yang menceritakan kisah salah satu penderita beberapa gangguan psikologis salah satunya adalah bipolar disorder (sumber : https://www.youtube.com/watch?v=EMuH2gWx2Ho )
Berikut adalah video yang menceritakan kisah salah satu penderita beberapa gangguan psikologis salah satunya adalah bipolar disorder (sumber : https://www.youtube.com/watch?v=EMuH2gWx2Ho )
Sumber referensi
Carson, C, Robert; Butcher, N,
James. 1992. Abnormal Psychology and Modern Life. 9th. Edition. Harper
Collins Publishers, Inc. New York 100 22
Nevid, S, Jeffrey; Rathus, A, Spencer. 2003. Abnormal Psychology in a Changing World. 5th. Edition. Upper Saddle River. New Jersey 07458
Davison, C, Gerald; Neale, M, Jhon; Kring, M, Ann. Abnormal Psychology. 9th. Edition. New York.
Psychopathology Development.
Nevid, S, Jeffrey; Rathus, A, Spencer. 2003. Abnormal Psychology in a Changing World. 5th. Edition. Upper Saddle River. New Jersey 07458
Davison, C, Gerald; Neale, M, Jhon; Kring, M, Ann. Abnormal Psychology. 9th. Edition. New York.
Psychopathology Development.
http://www.alodokter.com/gangguan-bipolar/pengobatan
https://id.wikipedia.org/wiki/Gangguan_bipolar
http://gosehat.com/jenis-gangguan-bipolar
http://dokita.co/blog/mengenal-bipolar-disorder/
https://psikologiabnormal.wikispaces.com/Bipolar+Disorder
Comments
Post a Comment