Kesehatan Mental dan Konsep Kepribadian menurut Gordon W. Allport

Menurut Allport, orang yang memiliki konsep sehat adalah orang yang matang. Individu yang matang secara psikologis memiliki karakteristik berupa perilaku proaktif, yaitu mampu bertindak secara sadar dalam lingkungannya melalui pendekatan-pendekatan yang baru dan inovatif. Selain itu, kepribadian yang matang lebih dapat termotivasi oleh proses sadar daripada kepribadian yang terganggu, yang membuat mereka menadi lebuh fleksibel dan mandiri. Allport berpendapat bahwa manusia tidak didorong oleh kekuatan pengalaman masa lampau melainkan didorong oleh rencana atau intensi mereka untuk masa depan. Berikut adalah tujuh kriteria dari Allport tentang sifat-sifat khusus kepribadian yang sehat:
1. Perluasan Perasaan Diri
Allport berpendapat bahwa aktivitas yang dilakukan harus cocok dan penting, atau sungguh berarti bagi orang tersebut. Jika menurut individu pekerjaan itu penting, mengerjakan pekerjaan itu sebaik-baiknya akan membuat mereka merasa enak, dan berarti mereka menjadi partisipan otentik atau berpartisipasi langsung dan penuh dalam pekerjaan itu. Dengan begitu maka akan memberi kepuasan tersendiri bagi diri individu tersebut. Semakin terlibatnya individu dengan berbagai aktivitas ataupun ide, maka mereka dikatakan sehat secara psikologis. Hal ini juga berlaku dalam hubungan dengan keluarga dan teman, kegemaran, dan keanggotaan dalam politik, agama, dan sebagainya.
2. Relasi Sosial yang Hangat
Orang yang sehat secara psikologis mampu mengembangkan relasi intim dengan orangtua, anak, pasangan, dan sahabat. Ini merupakan hasil dari perasaan perluasan diri dan perasaan identitas diri yang berkembang dengan baik. Adaperbedaan hubungan cinta antara orang yang neurotis (tidak matang) dan yang berkepribadian sehat (matang). Orang-orang neurotis harus menerima cinta lebih banyak daripada yang mampu diberikannya kepada orang lain. Bila mereka memberikan cinta, itu diberikan dengan syarat-syarat. Padahal, cinta dari orang yang sehat adalah tanpa syarat, tidak melumpuhkan atau mengikat.
3. Keamanan Emosional
Individu yang sehat adalah yang mampu menerima semua segi keberadaan mereka, termasuk kelemahan-kelemahan, dengan tidak menyerah secara pasif terhadap kelemahan tersebut. Selain itu, mereka tidak tertawan oleh emosi-emosi mereka, dan tidak berusaha bersembunyi dari emosi-emosi itu. Mereka dapat mengendalikan emosi, sehingga tidak mengganggu hubungan antarpribadi. Pengendaliannya tidak dengan cara ditekan, tetapi diarahkan ke dalam saluran yang lebih konstruktif. Selain itu, individu yang sehat adalah mereka yang mampu memikirkan cara yang berbeda untuk mencapai tujuan yang sama. Orang-orang yang sehat tidak bebas dari perasaan tak aman dan ketakutan. Namun, mereka tidak terlalu merasa terancam dan dapat menanggulangi perasaan tersebut secara lebih baik daripada kaum neurotis.
4. Persepsi Realistis
Orang-orang sehat memandang dunia secara objektif, lain halnya dengan orang-orang neurotis yang kerapkali memahami realitas disesuaikan dengan keinginan, kebutuhan, dan ketakutan mereka sendiri. Orang sehat tidak meyakini bahwa orang lain atau situasi yang dihadapi itu jahat atau baik menurut prasangka pribadi. Mereka memahami realitas sebagaimana adanya.
5. Keterampilan dan Tugas
Allport menekankan pentingnya pekerjaan dan perlunya menenggelamkan diri di dalam pekerjaan tersebut. Individu perlu memiliki keterampilan yang relevan dengan pekerjaannya, dan harus menggunakan keterampilan itu dengan penuh antusiasme. Komitmen pada orang sehat atau matang begitu kuat, sehingga sanggup menenggelamkan semua pertahanan ego. Dedikasi terhadap pekerjaan berhubungan dengan rasa tanggung jawab dan kelangsungan hidup yang positif. Kesehatan atau kematangan psikologis dapat dicapai dengan melakukan pekerjaan penting dan melakukannya dengan dedikasi, komitmen serta keterampilan.
6. Pemahaman Diri
Untuk mencapai pemahaman diri yang memadai, dituntut pemahaman tentang dirinya menurut keadaan sesungguhnya. Jika gambaran diri yang dipahami semakin dekat dengan keadaan sesungguhnya, individu tersebut semakin matang. Demikian juga apa yang dipikirkan seseorang tentang dirinya, bila semakin dekat (sama) dengan yang dipikirkan orang-orang lain tentang dirinya, berarti ia semakin matang. Orang yang sehat terbuka pada pendapat orang lain dalam merumuskan gambaran diri yang objektif. Orang yang memiliki objektivitas teradap diri tak mungkin memproyeksikan kualitas pribadinya kepada orang lain (seolah orang lain negatif). Ia dapat menilai orang lain dengan seksama, dan biasanya ia diterima dengan baik oleh orang lain. Ia juga mampu menertawakan diri sendiri melalui humor yang sehat.
7. Filsafat Hidup
Orang yang sehat melihat ke depan, didorong oleh tujuan dan rencana jangka panjang. Ia memiliki perasaan akan tujuan, perasaan akan tugas untuk bekerja sampai tuntas sebagai batu sendi kehidupannya. Allport menyebut dorongan-dorongan tersebut sebagai keterarahan (directness) yang membimbing semua segi kehidupan seseorang menuju suatu atau serangkaian tujuan, serta memberikan alasan untuk hidup.

#Konsep Kepribadian Allport
Menurut Gordon W. Allport, kepribadian adalah sesuatu yang unik dan dimiliki masing-masing pribadi. Ia mengatakan bahwa manusia itu dipengaruhi oleh kesadarannya yang meliputi 3 komponen berikut :
1. Dynamic Organization
Dynamic Organization menyatakan bahwa kepribadian mengalami perkembangan dan perubahan.
2. Psychophysical System
Kepribadian bukan hanya suatu hal yang tersirat namun kepribadian adalah hal yang nyata dan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan.
3. Determine
Kepribadian bukan hanya suatu konsep namun ia dapat mengerjakan sesuatu dan mempengaruhi tingkah laku seseorang.
Allport juga menjelaskan berbagai sturuktur kepribadian, diantaranya
1. Sifat (Trait)
Di dalam kepribadian terdapat sifat dasar yakni nyata, berkembang, fleksibel, empirik dan kemandirian yang relatif. Dari 5 sifat dasar ini, terdapat sifat umum dan sifat khusus yang berkembang pada tiap-tiap sifat dasar.
2. Traits-Habit-Attitude
Dalam struktur ini, dinyatakan bahwa kepribadian dapat dibentuk karena sifat dasar, kebiasaan, sikap dalam menghadapi sesuatu, dan kategori nomotetik.
3. Trait dan Konsistensi Pribadi
Stuktur ini mengarah pada praktikum stimulus- respon. Allport membagi atas 3 trait didalamnya, yaitu gregarious(suka berteman), shyness (pemalu), dan self-esteem (harga diri).
4. Propium
Propium adalah struktur yang membahas tentang perkembangan baik itu dalam emosi, kecakapan individu, kemampuan persepsi dan tujuan hidup seseorang. Perkembangannya sama dengan perkembangan yang telah dijabarkan oleh Sigmund Freud, ia membaginya dalam 5 tahap yaitu Oral, Anal, Phalic, Laten dan Genital.
5. Motivasi
Kekuatan dari stuktur motivasi dalam kepribadianmenurut Gordon Allport berbeda dengan yang lain, dimana ia mengatakan bahwa yang paling menunjang dalam motivasi ialah kemampuan kognitif dan perencanaan hidup. Dari dua hal itu, ia mampu membentuk motivasi dalam dirinya karena ia telah memiliki kemampuan kognitif dan perencanaan.
6. Otonomi Fungsional
Otonomi fungsional adalah struktur yang membahas tentang keanekaragaman pribadi. Kenapa ada yang suka membaca? Kenapa ada yang suka Melukis? Itulah yang disebut dengan keanekaragaman pribadi yang dibagi dalam dua tingkat otonomi yaitu: Kebiasaan dan Minat. Kebiasaan adalah struktur yang terbentuk dari keterikatan lingkungan kita. Misalnya jika kita tinggal di lingkungan yang banyak pemain bola, maka kita akan ikut juga untuk bermain bola, sedangkan Minat adalah stuktur yang terbentuk dari kesadaran akan target yang kita inginkan.
Allport menegaskan bahwa kehidupan masa lampau tidak lagi dapat menelaskan perilaku seseorang ke depannya, kecuali hanya sebagai motivasi saja. Ia terfokus kepada kehidupan individu di masa depan dibandingkan di masa lalu. Allport tidak percaya bahwa orang-orang yang matang dan sehat dikontrol dan dikuasai oleh kekuatan-kekuatan tak sadar/ kekuatan-kekuatan yang tidak dapat dilihat dan dipengaruhi. Karena menurut beliau pandangan orang yang sehat adalah ke depan, kepada peristiwa-peristiwa kontemporer dan peristiwa yang akan datang dan tidak mundur kembali kepada peristiwa-peristiwa masa kecil kita.

Comments

Popular posts from this blog

Resensi Novel

Terapi dalam Psikoanalisa, Humanistik, dan Behaviorisme